Sabtu, 25 Februari 2012

Menyantap Bebek Bengil di Ubud

Sejauh ini menu bebek favorit saya masih seputaran bebek goreng H. Slamet saja. Entah kenapa di Jogja terutama, saya belum menemukan olahan daging bebek yang pas di lidah selain yang sudah saya sebutkan. Bagi saya bebek yang enak tentunya bebek yang diolah dan disajikan dengan daging yang empuk, bumbu serta sambal yang cocok untuk menghasilkan menu bebek yang sempurna. Karena memang dasaranya daging bebek ini dagingnya alot sehingga yang dicari olahan daging bebek dengan daging yang empuk.

Hari itu saya memang berencana mengunjungi Ubud yang jaraknya lumayan jauh dari Kuta (tempat saya menginap selama di Bali). Bosan dengan hiruk pikuk Kuta kali ini saya ingin menikmati indahnya pemandangan pedesaan di Ubud. Siapa yang tidak tahu Ubud, bagi penggemar seni pasti tahu kalau disini ada museum Antonio Blanco, maestro pelukis asal Spanyol yang kemudian menikah dengan perempuan asal Bali. Tahun 2010 lalu Ubud mendapatkan penghargaan sebagai kota terbaik se-Asia mengalahkan kota besar seperti Bangkok, Kuala Lumpur, Singapore dll. Daerah Ubud ini terutama penduduknya sehari-hari masih mempertahankan tradisi nenek moyang mereka walaupun jaman telah berubah, itulah yang membuat Ubud selalu menarik dan terbukti dengan memenangkan ajang pemilihan kota terbaik se-Asia. 

Nah selain dari keseniannya Ubud juga punya banyak sekali tempat untuk memanjakan lidah kita. Kuliner di Ubud merupakan satu hal yang menarik saya untuk selalu kembali lagi kesini, banyak tempat makan yang masih belum saya coba. Next time ke Bali saya sepertinya mau ke Ubud aja, doakan saja ya. Banyak yang bilang kalau mau makan ke Ubud ya ke Bebek Bengil, identik sih engga cuma memang Bebek Bengil pertama kali buka di Ubud. Resto Bebek Bengil sudah ada sejak tahun 90an ini terletak di Jalan Hanoman Padang Tegal Ubud, kalau dalam bahasa Bali Bebek Bengil berarti bebek dekil atau kotor yang penuh lumpur,bukan berarti bebek yang mereka sajikan kotor. Ini karena nama Bebek Bengil mempunyai cerita dan sejarah tersendiri. 

Konon katanya ketika resto tersebut sedang dalam proses pembangunan sang pemilik masih belum juga mendapatkan nama yang tepat untuk resto yang sedang mereka bangun. Pada suatu hari ketika mereka hampir menyelesaikan seluruh bangunan mereka tiba-tiba saja beberapa bebek yang sebelumnya bermain di sawah (resto ini memang dikelilingi oleh sawah) berlari memasuki resto, mengotori lantai dan meja yang baru saja disiapkan. Kaki bebek yang sebelumnya bermain di sawah meninggalkan bekas jejak kaki di lanai dan meja resto ini. Akhirnya sang pemilik memberi nama warung ini Bebek Bengil (Bebek Kotor).

Pelanggan dari resto ini banyak dari kalangan wisatawan baik domestik sampai mancanegara, itulah kenapa mungkin olahan bebek mereka tidak biasa. Mereka menyajikan menu olahan bebek dalam berbagai sajian, menyesuaikan pelanggan mereka yang berasal dari mancanegara. Menu disini sangat lengkap mulai dari appetizer, soup, menu khas Indonesia, maincourse sampai dessert. Tempatnya juga luas, bangunannya terbagi atas beberapa bagian walaupun dari depan terlihat sempit ternyata ke belakangnya masih banyak bagunan-bangunan yang sekelilingnya adalah sawah. Nah uniknya ditengah sawah ini masih terdapat beberapa bebek yang asyik bermain. Kwek kwek kwek.

Saya tidak memesan menu yang lengkap, hanya maincourse saja yaitu satu porsi bebek bengil dan bebek pelalah. Pesanan datang agak lama tetapi saya memaklumi karena saat saya kesana pas jam makan siang dan resto sangat ramai. Bebek bengil saya datang dengan piring yang sangat besar, bebeknya pun juga besar hampir kira-kira setengah potong bebek. Pantas saja harganya mahal, untuk satu porsi bebek bengil dengan nasi harganya hampir 100rb. Dari aroma bebeknya sudah terasa kalo bebek ini enak banget, langsung saja saya mencomot tanpa menunggu lama. Dan benar dugaan saya, bebek ini digoreng sampai crisp banget sehingga memang rasa gurihnya sangat terasa, dagingnya juga empuk (walaupun masih kalah empuk sama bebek H. Slamet) tapi bebek yang satu ini sekarang menggeser kedudukan bebek H. Slamet yang sudah lama menjadi favorit saya. Satu porsinya disajikan dengan sayur (semcam urap) dan tentunya sambal matah favorit saya. Makan bebek bengil yang masih panas dicocolin ke sambal matahnya benar-benar nikmat tiada tara.

Untuk menu bebek pelalahnya ini bahan utamanya sama dari daging bebek yang besarnya juga sama. Yang membedakan bebek ini dimasak dengan saus tomat khas bali yang resepnya didapat dari Ibu Agung Raka Sueni. Yang ini rsanya juga berbeda, sedikit segar karena ada sausnya dan bebeknya tidak crisp. Untuk harga kurang lebih sama dengan bebek bengil.


Bebek Pelalah, saus khasnya ini memberikan citarasa yang unik untuk bebek.

Ini dia bebek bengilnya, disajikan dalam piring raksasa sudah ada potongan orange sama semangka, hemat gausah beli dessert :D

 Sambal matahnya juga enak, cabenya banyak jadi pedesnya berasa. Makan bebek sambil di cocolin ke sambel matah itu surga.

Bagi yang nggak suka sambal matah disediakan sambal yang ini, entah gimana rasanya soalnya sambal yang ini ga saya sentuh. Terpesona sama kelezatan sambal matahnya.

  
 Ada sayur urapnya juga yang disajikan bersama bebek bengil.

 



0 comments:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar :)