Sabtu, 16 Juni 2012

Pasta Banget

Akhir-akhir ini di Jogja kayaknya lagi ngetrend masakan Itali sejenis pasta, pizza dan teman-temannya itu ya? Banyak tempat makan baru yang memang menyediakan italian food, salah satunya Pasta Banget yang lokasinya ada di Jl. Munggur sebelah SPBU. Walaupun terbilang cukup baru, tempat makan ini selalu ramai pengunjung lhoo saya sering sekali kehabisan tempat parkir kalau datang kesini.

Sebetulnya dulunya disini hanya buka cafe yang bernama Coffee Break tetapi istri sang pemilik yang katanya memang hobi icip-icip makanan khas Italy membuka tempat makan yang letaknya dibelakang dari Coffee Break ini, memang agak nyempil sih tapi saya kaget lho waktu pertama kali kesini tau-tau didalemnya rame banget. Pasta Banget buka dari pukul 5 sore sampai jam 12 malem. Sang pemilik punya alasan tersendiri kenapa mereka tidak buka dari siang seperti kebanyakan tempat makan. Alasan pertama karena mereka baru buka, jadi untuk melihat dahulu animo pengunjung mereka takut kalau-kalau sepi dan pekerja banyak yang nganggur, tapi memang tepat strateginya terbukti dengan mereka baru buka jam 5 dan pengunjung pun ternyata banyak yang datang saat malam hari jadi semua pegawai bisa bekerja secara penuh dan semua pengunjung pun terlayani dengan baik, karena kalau buka dari siang saat malam hari ramai pengunjung kata sang pemilik pegawai cenderung sudah lelah dan pelayanan jadi kurang baik. Alasan kedua karena memang kondisi dan konstruksi bangunan yang mereka buat tidak memungkinkan jika buka dari siang, masalahnya adalah atapnya masihh terbuat dari seng atau asbes entahlah yang memang kalau siang hari bakalan panas banget. Gak akan cukup nyaman kalau cuma bermodalkan pendingin kipas angin, mereka juga memikirkan kenyamanan pengunjung Pasta Banget.

Menu-menu yang tersedia lumayan variatif, mulai dari appetizer, soup, steaks, roasted chicken, pasta serta tak ketinggalan dessertnya. Harga yang ditawarkan memang terbilang tidak murah, namun bagi saya harga ini sebanding dengan rasa dari menu-menu mereka. Toh bahan untuk membuat menu-menu seperti ini juga tidak murah, jadi wajarlah mereka mematok harga yang rata-rata diatas 20rb untuk menu makanannya. Sang pemilik berujar, walaupun harga yang diberikan tidak tergolong murah namun dia menjamin jika bahan yang digunakan merupakan bahan dengan kualitas yang baik jadi rasanya pun tidak mengecewakan.

Menu yang satu ini namanya Fettucine Diva Romeo, untuk rasanya menurut saya pas sekali untuk bumbunya, meatballsnya juga enak banget, pastanya juga pas tingkat kematangannya, porsinya juga cukup besar dan mengenyangkan tentunya. Harganya sekitar 20rban lebih.

Lemonade Roasted Chicken ini juga gak kalah enak lho. Roasted chicken yang empuk dengan bumbu lemon yang meresap disajikan dengan mashed potato yang gurih dan creamy, onion rings yang gurih dan creamy spinach. Uh seketika langsung penuh perut saya dengan makanan enak ini. Harganya sekitar 30rb an.

Chicken Bombasteak ini isinya fillet ayam yang digoreng dengan tepung disiram dengan saus khusus yang rasanya pedes disajikan barengan potato wedges, onion rings serta sayur buat menemani makan si bomba. Yang suka pedes, menu yang satu ini layak untuk dicoba.

Duh yang ini saya lupa nama menunya, pokoknya sama chicken steak cuma dia gak dibalut tepung dan sausnya pun beda. Hehehe

Kalau mau pesan dessert jangan lewatkan menu yang satu ini, Waffle with Vanilla Ice Cream. Wafflenya bener-bener lembut dan gurih, rasanya pas dan ngga kebanyakan telor menurut saya, disajikan dengan caramel syrup yang manis serta ice cream vanilla. Porsinya cukup untuk berdua :D

Mint Mojito ini bener-bener seger banget rasanya, bolak balik kesini pasti yang dipesen minumannya cuma satu ini :D

Again for this one, I forgot the name pokoknya yang ini rasanya sama segernya dan enaknya lagi ada bulir buah markisanya juga lho :D

Yang ini ada bubbles kecil-kecil gitu dan mixed fruits. Also worth to try!

Menu Masakan Rumah ala "Bu Ageng"

Mendengar kata masakan rumah saya yang sudah 6 tahun LDR dengan rumah langsung "excited" banget, rasanya detik itu juga pengen langsung meluncur ke Bu Ageng yang katanya menyediakan menu masakan rumah. Lokasinya berada di Jl. Tirtodipuran no. 13 Mantrijeron Yogyakarta, daerah itu memang banyak sekali tempat makan namun kebanyakan mereka menyediakan menu masakan western. Namun Bu Ageng berani menggebrak dengan menyediakan menu masakan rumah khas Indonesia, kebanyakan sih memang menu makanan jawa. Warung ini buka mulai pukul 10.00-23.00 WIB. Tanpa menunggu lama saya pun merayu pacar untuk makan di Bu Ageng.

Sesampainya di lokasi suasana Jawa langsung terasa, bangunan tampak dari depan seperti Joglo yang berdiri kokoh. Masuk kedalam kita disambut meja dan kursi kayu yang tertata rapi seperti di warung-warung makan  Jawa yang sering saya temukan, uniknya disini disalah satu spot banyak sekali foto dan gambar yang terpajang apik di dinding. Ya memang suami sang pemilik warung ini adalah seorang seniman dan budayawan jadi wajar saja warungnya pun tetep "nyeni". Yang bikin saya kagum lagi disana masih ada sumur yang masih dibiarkan tetap utuh, hanya diberi penutup untuk alasan keamanan, saya jadi teringat dulu di rumah mbah buyut saya kalau mau mencuci masih ngambil air dari sumur.

Pemilik Bu Ageng ini adalah istri seorang budayawan asal Jogja, Butet Kertaradjasa. Menu yang dibuat memang menu yang biasa beliau sajikan ketika keluarganya makan. Sebetulnya Bu Rulyani ini berasal dari Kalimantan, namun semenjak menikah dengan Pak Butet beliau kemudian lama tinggal di Jawa sehingga dari tangannya bisa lahir menu-menu spesial ini. Menu yang beliau buat pun konon katanya perpaduan antara Jawa dan Kalimantan, jadi memang unik dan patut untuk di coba. Pasti pada penasaran kenapa diberi nama Bu Ageng? Konon katanya sih Bu Ageng ini adalah sapaan Bu Rulyani oleh cucu-cucunya, gak nyambung sih tapi mungkin lebih "njawani" kali yaaa (yang ini cuma sok tau, mohon jangan ditimpuk bata).

Menu yang spesial disini adalah nasi campurnya, namanya aja nasi campur ya isinya memang campur-campur mulai dari resep yang campuran Jawa-Kalimantan begitupula bahan-bahannya yang didatangkan dari berbagai daerah dalam negeri. 


Nasi campur ini isinya abon, sambal kutai, sambal goreng kentang kering, telur dadar dadu, paru ketumbar, ikan asin dan lempeng legendar. Menurut sang empunya resep, nasi ini terinspirasi nasi Wardani dari Bali. Rasanya bener-bener enak, sambal goreng kentangnya gurih, paru ketumbarnya apalagi bener-bener pas bumbunya dan bikin ketagihan. Yang paling spesial ya kerupuknya, ini jenis kerupuk legendar yang biasanya saya makan di rumah dan ini akhirnya bisa makan di Jogja. Untuk urusan porsi memang tergolong kecil dan lauknya pun terkesan secuil, but trust me walaupun lauknya dikit justru itu yang bikin enak dan gak cepet bosen. Oh ya variasi lauknya juga bisa pilih kok, saran saya cobain nasi campur dengan lauk baceman kambing, itu juara banget enaknya!

Yang ini saya lupa namanya apa (kebiasaan) semacam ayam dibumbu rica-rica gitu, kata temen saya sih ini pedes cuma pas saya nyobain pedesnya nanggung, tapi enak kuahnya seger dan bikin melek apalagi dimakan malam hari gitu pasti anget dibadan.

Nah, penggemar buah durian harus cobain juga menu yang satu ini. Bubur durian mlekoh yang sepertinya menjadi menu favorit juga disini selain nasi campur. Bubur  durian mlekoh adalah bubur dari roti tawar dicampur daging buah durian yang diolah dengan santan kelapa dan sedikit gula Jawa. Rasanya perpaduan antara gurih manis dan aroma durian tentunya, cuma menurut saya kurang puas juga karena rasa duriannya cuma dikit. Ada porsi besarnya juga lho kalau emang doyanbanget.

Kalau bubur durian mlekoh menurut saya duriannya kurang berasa, cobalah menu yang satu ini Es Kopyor Durian. Yang ini bener-bener buah durian yang mungkin menurut saya jenis durian lokal jadi rasanya juga memang khas dan "ngluget" banget. Isinya ada santan, kopyor, gula jawa dan potongan buah durian. Harganya pun tidak terlalu mahal sekitar 10-20rb saya lupa pastinya.

Menu terakhir yang saya coba adalah es cincau gula jawa ini, cocok sekali diminum pas siang terik :D

Kamis, 07 Juni 2012

Soto Djiancuk

Wah pertama denger namanya saya langsung excited nih, unik juga namanya "djiancuk". Padahal setahu saya kata itu merupakan sejenis kata yang berarti mengumpat dari Jawa Timur. Kata “djiancuk” atau lebih sering diucapkan “jancuk” saja, bagi sebagian orang, terutama orang Jawa Timur, mempunyai arti yang kasar dan bisa ngajak perang. Namun di Jogja, kata “djiancuk” ini justru dijadikan branding oleh sebuah warung soto yang unik baik dari segi nama dan tata ruang warungnya, yang mengklaim merupakan warung yang pertama dan satu-satunya di Jogja yang menyediakan menu soto ala Jawa Timur, terutama dari kota Blitar.
 
Awal mencari lokasinya memang sedikit sulit, dari IKIP PGRI masih lurus saja terus sampai jalannya menyempit nanti sebelum ada sungai kecil dan sawah-sawah warung ini berada tepat di sebelah selatan jalan. Masuk warung ini memang sedikit aneh buat saya, bukan aneh sih tepatnya unik. Interiornya bener-bener berbeda dari warung soto yang biasa saya kunjungi. Dinding temboknya sengaja dibiarkan tidak disemen halus untuk memperlihatkan teksturnya, banyak lukisan terpajang di dinding warung ini. Saya jadi berpikir kalau pemilih warung ini adalah seorang seniman. Ada meja bundar yang super besar, kemudian juga ada tempat untuk lesehan, jarang saya menemukan tempat makan soto yang menyediakan gazebo atau tempat untuk lesehan. 

Saya memesan langsung kepada penjualnya tanpa mencatat pesanan terlebih dahulu, sambil menunggu saya duduk menikmati indahnya hamparan sawah dan gemericik aliran kali bayem. Tak lama kemudian soto pesanan saya datang...


Saat pesanan saya datang saya sempat bingung karena mangkuknya mirip dengan soto Kudus, sedangkan sotonya mirip dengan Soto Madura karena memang mereka menyajikan soto dengan gerobak mirip angkringan, tetapi empunya bilang kalau ini Soto khas Blitar. Entahlah saya baru pertama kali mencoba soto jenis ini...

Isi dari soto pun mirip dengan Soto Madura yaitu memakai daging sapi,  tetapi kuahnya tidak terlalu kuning dicampur dengan irisan telur, tomat, kentang goreng dan kesemuanya justru mengingatkan saya dengan Soto Banjar. Ah betapa uniknya ragam kuliner soto negeri kita. Yang pertama kali saya coba adalah kuahnya, dominan rasa gurih dan merica sangat terasa pada kuah soto ini konon katanya sang pemilik punya resep khusus untuk bumbunya sehingga tanpa menggunakan vetsin pun rasanya bisa gurih dan enak. Untuk harganya per porsi sekitar 9rb rupiah (lagi-lagi kebiasaan saya lupa dengan harga). 






Botol kecapnya unik banget ini, ala gendul cina gitu tapi berhubung saya gak begitu suka kecap akhirnya cuma mengagumi bentuknya saja ga nyobain kecapnya. Toh ya sepertinya rasanya sama seperti kecap yang lainnya :D


Dimsum Quality Hotel

Kali ini kita bahas Dimsum ya bukan Dimsur si selebtuit yang femes ituu...
Dimsum (dalam dialek Cantonese) atau Dianxin (dalam bahasa Mandarin) secara harafiah berarti sedikit dari hati atau menyentuh hatimu. Jadi kalau pengen nyepik sedikit romantis bisa juga kasih kalimat "You Dimsum Me". *abaikan*

Kata ini disunting dan frasa yi dian xin yi yang artinya sedikit tanda mata. Kemudian secara umum kemudian digunakan sebagai istilah untuk menyebut camilan ringan. Dim sum sudah dikenai sebagai makanan popular sejak ribuan tahun lalu. Kebiasaan makan dimsum konon bermula pada periode Jalur Sutra (Asia Tengah ke Cina) dan Dinasti Han (206 SM) hingga Dinasti Yuan (Abad 14 M). Ketika itu para petani, buruh dan pedagang yang berbisnis di sepanjang Jalur Sutra kerap mampir di . kedai teh pinggir jalan untuk minum teh di sore hari.

Kebiasaan ini sempat memudar pada abad ketiga gara-gara Tabib terkenal Hua Tuo mengatakan kebiasaan ngemil dim sum sambil minum teh bisa membuat badan jadi gemuk. Orang Kanton (Guangdong/Kwangtung) di Cina Selatan tidak mengindahkan imbauan ini. malah menjadikan dim sum sebagai makanan tradisional yang dinikmati bersama teman-teman sambil minum teh. Dari sinilah muncul istilah yumcha (mandarin yincha) yakni minum teh di kedai teh bersama teman-teman dekat sambil menyantap dimsum. Sebenarnya ada banyak sekali varian dimsum ada ratusan katanya soalnya saya pun belum pernah nyoba semua jenisnya, baru beberapa saja.

Di Jogja kita bisa menikmati dimsum salah satunya di Serayu Chinese Resto yang berada di lobby Quality Hotel J. Laksda Adisucipto no. 48 Yogyakarta. Nah yang saya suka dari resto ini adalah dia buka kayak McD yaitu 24jam sehari 7hari seminggu, bener-bener bisa jadi alternatif buat makan kalau pas kelaperan tengah malam atau pas malem-malem gak bisa tidur gara-gara pengen makan dimsum. Dan enaknya lagi di Dimsum Quality Hotel ini mereka memberikan diskon 50% seumur hidup dan 24 jam pula, buat yang masih mahasiswa bisa dapetin tambahan diskon 10%, oh ya promo diskonnya tidak berlaku untuk hari libur besar ya.

Beberapa menu dimsum yang saya pesan:


Gao adalah dim sum standar yang biasanya hampir ada di setiap Chinesse Resto esp yang menyediakan menu dimsum. Kulitnya umumnya terbuat dari tepung beras dengan isi berupa daging/sayuran dan dikukus. Yang termasuk dalam gao yaitu shrimp dumpling atau biasa kita kenal dengan nama Hakau. Nah Hakau yang ini rasanya benar-benar lembut dan enaak. Saya lupa pasti harga per porsinya berapa, sepertinya sekitar 20rb (belum termasuk diskon).

Sejenis lumpia tetapi kulitnya lebih lembut karena terbuat dari kulit tahu, isinya udang yang sudah dicincang kemudian dicelupkan dengan kuning telur agar menempel dan digoreng. Rasanya empuk dan gurih, udangnya juga kenyal.


Yang ini namanya Fung Zao (phoenix talons) kita mengenalnya dengan nama ceker ayam. Diolah dengan cara digoreng, direbus, lalu di-marinate dalam black bean sauce kemudian dikukus. Berkat proses pengolahan seperti ini, tekstur kaki ayam menjadi lunak dan empuk. Sebenarnya ada satu jenis dimsum yang saya pesan, yaitu siomay ikan cuma saya lupa menyimpan fotonya dimana, next time kalau ketemu bakalan saya update lagi.


Zango - La Formule du Midi

Hello my readers, I'm ask you sorry because I'm too busy lately or maybe just have no idea what to write here. Actually, I have so many places to eat that I want to share to you just wait my desire to write come up and I'll post them here..



Oke, kali ini saya bakalan berbagi pengalaman makan di salah satu French resto di Jogja yang bernama Zango. Posting sebelumnya tentang Kesuma Resto juga masih berhubungan dengan Frenchman who has a restaurant in Jogja. Kalau Kesuma menyediakan menu-menu makanan jawa terutama Jogja, di Zango kita ga akan nemuin makanan jawa, they mostly served French foods. Zango sendiri artinya sejenis pisang dari Afrika, pemiliknya seorang warga Perancis Timur bernama Chef Kamil. Pernah mendengar atau makan di K'meals? Nah chef Kamil ini dulunya bekerja disana namun sekarang dia mendirikan resto sendiri dengan nama Zango, menu masakannya pun menurut saya beberapa ada yang rasanya sama. Tetapi saya mendengar kabar bahwa beberapa bulan yang lalu chef Kamil sudah tidak di Zango lagi. Duh, kok ya pindah-pindah ya chef.. Semoga rasa dan kualitas makanannya juga ga ikutan pindah-pindah :D

Alamat Zango ada di Jl. Ngadinegaran MJ III/122, Mantrijeron. Tepatnya didepan Balai Rakyat, masih disekitar jl. Tirtodipuran. Kalau menurut saya kalau mau kesini lebih baik saat dinner time, suasananya lebih asyik aja.  Memasuki resto ini kita akan disambut oleh waiters disana, ada banyak pilihan tempat duduk diantaranya ada kursi tinggi dengan konsep bar. Nah mungkin bagi anda yang ingin datang untuk sekedar ngobrol dengan teman menikmati beer atau minuman lainnya, spot ini yang paling cocok. Untuk yang memang ingin menikmati makanan bisa duduk di spot square table dengan bahan dasar kayu yang unik menurut saya. Kalau datang rombongan dan ingin ruang yang lebih privat mereka juga menyediakan ruangan khusus, dengan kursi yang lebih nyaman yaitu sofa. Saya memilih untuk duduk di meja kayu dekat dapur, oh ya konsep resto ini open kitchen jadi kita bisa leluasa melihat proses memasaknya. I always choose to sit near the kitchen if I was in the open kitchen resto.

Untuk menu makanan seperti yang saya jelaskan tadi kebanyakan menu makanan eropa terutama berbagai macam varian pizza, steaks, roasted duck and chicken, variant salads, dessert dan tentunya beverages. Katanya spesial disini adalah pizza dan calzone nya tetapi saya tidak memesan keduanya karena berasumsi bahwa toh rasanya bakalan sama dengan pizza yang saya makan di K'meals (karena yang masak sama). Akhirnya saya mencoba roasted chicken dengan nama menunya dalam bahasa Perancis, saya lupa pastinya hahaha. Dan satu lagi saya juga memesan tenderloin steaks. Untuk harga saya juga tidak terlalu ingat tetapi harga yang dipatok untuk makanan berkisar 20-100rb dan untuk minuman 18-25rb (if I'm not mistaken).


Menu yang ini namanya Cassolette de Poulet Roti Au Feu de Bois (Rp. 37.000)  isinya roasted chicken dengan side dish yang bisa kita pilih sendiri, saya memilih side dishnya potato chips. Untuk rasanya tidak terlalu spesial menurut saya, bumbu ayamnya kurang terasa tetapi saya justru suka potato chipsnya yang rasanya asin, gurih dan sedikit empuk. Satu porsi ini benar-benar bikin perut penuh.


Kalau yang ini Tenderloin Steak (Rp. 7x.000) daging tenderloinnya impor dan dimasak dengan tingkat kematangan medium done supaya masih terasa tekstur asli dagingnya. Side dish nya juga sama bisa pilih sendiri, kali ini saya pilih mashed potato dan pas dateng kaget banget soalnya mashed potatonya bener-bener banyaaakkk.

 Yang ini saya lupa namanya, pokoknya ada campuran susu dengan apa gitu terus ada jely dibawahnya dan buah strawberry yang super banyak. Rasanya enak kok, worthed to try!


Ini dapur mereka, dari sinilah menu-menu tadi tercipta. Interior dapurnya juga unik ya :)

Nah ini salah satu spot mereka, kursi sofa buat yang ingin duduk-duduk santai sambil ngobrol, makan, baca buku atau ngerjain tugas :D